1) Hijauan Segar
Hijauan
segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternakdalam bentuk
segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia) maupun yang
tidak (disengut langsung oleh ternak). Hijauan segar umumnya terdiri
atas daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan, tanaman
bijibijian/jenis kacang-kacangan.
Rumput-rumputan merupakan
hijauan segar yang sangat disukai ternak, mudah diperoleh karena
memiliki kemampuan tumbuh tinggi, terutama di daerah tropis meskipun
sering dipotong/disengut langsung oleh ternak sehingga menguntungkan
para peternak/pengelola ternak. Hijauan banyak mengandung karbohidrat
dalam bentuk gula sederhana, pati dan fruktosa yang sangat berperan
dalam menghasilkan energi.
a. Rumput-rumputan
Rumput Gajah (Pennisetum
purpureum), rumput Benggala (Penicum maximum), rumput Setaria (Setaria
sphacelata), rumput Brachiaria(Brachiaria decumbens), rumput Mexico
(Euchlena mexicana) dan rumput lapangan yang tumbuh secara liar.
b. Kacang-kacangan
Lamtoro
(Leucaena leucocephala), stylo (Sty-losantes guyanensis), centro
(Centrocema pubescens), Pueraria phaseoloides, Calopogonium muconoides
dan jenis kacang-kacangan lain.
c. Daun-daunan
Daun nangka, daun pisang, daun turi, daun petai cina dll.
2) Jerami dan hijauan kering
Termasuk
kedalam kelompok ini adalah semua jenis jerami dan hijauan pakan ternak
yang sudah dipotong dan dikeringkan. Kandungan serat kasarnya lebih
dari 18% (jerami, hay dan kulit biji kacang-kacangan).
3) Silase
Silase
adalah hijauan pakan ternak yang disimpan dalam bentuk segar biasanya
berasal dari tanaman sebangsa padi-padian dan rumput-rumputan.
4) Konsentrat (pakan penguat)
Contoh: dedak padi, jagung giling, bungkil kelapa, garam dan mineral.
MANFAAT PAKAN
1) Sumber energi
Termasuk dalam golongan ini adalah semua bahan pakan ternak yang
kandungan protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat
kasar di bawah 18%. Berdasarkan jenisnya, bahan pakan sumber energi
dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu:
a. Kelompok serealia/biji-bijian (jagung, gandum, sorgum)
b. Kelompok hasil sampingan serealia (limbah penggilingan)
c. Kelompok umbi (ketela rambat, ketela pohon dan hasil sampingannya)
d. Kelompok hijauan yang terdiri dari beberapa macam rumput (rumput
gajah, rumput benggala dan rumput setaria).
2) Sumber protein
Golongan
bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang mempunyai
kandungan protein minimal 20% (berasal dari hewan/tanaman).
Golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok:
a.
Kelompok hijauan sebagai sisa hasil pertanian yang terdiri atas jenis
daun-daunan sebagai hasil sampingan (daun nangka, daun pisang, daun
ketela rambat, ganggang dan bungkil)
b. Kelompok hijauan yang sengaja ditanam, misalnya lamtoro, turi, kaliandra, gamal dan sentero
c. Kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung tulang
dan sebagainya).
3) Sumber vitamin dan mineral
Hampir semua bahan pakan ternak, baik yang berasal dari tanaman maupun
hewan,
mengandung beberapa vitamin dan mineral dengan konsentrasi sangat
bervariasi tergantung pada tingkat pemanenan, umur, pengolahan,
penyimpanan, jenis dan bagian-bagiannya (biji, daun dan batang).
Disamping itu beberapa perlakuan seperti pemanasan, oksidasi dan
penyimpanan terhadap bahan pakan akan mempengaruhi konsentrasi kandungan
vitamin dan mineralnya. Saat ini bahan-bahan pakan sebagai sumber
vitamin dan mineral sudah tersedia di pasaran bebas yang dikemas khusus
dalam rupa bahan olahan yang siap digunakan sebagai campuran pakan,
misalnya premix, kapur, Ca2PO4 dan beberapa mineral.
PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN/PENGOLAHAN
Kebutuhan Pakan
Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap
nutrisi.
Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat bergantung pada jenis
ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi
tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur,
kelembaban nisbi udara) serta bobot badannya. Maka, setiap ekor ternak
yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda pula.
Rekomendasi
yang diberikan oleh Badan Penelitian Internasional (National Research
Council) mengenai standardisasi kebutuhan ternak terhadap pakan
dinyatakan dengan angka-angka kebutuhan nutrisi ternak ruminansia.
Rekomendasi tersebut dapat digunakan sebagai patokan untuk menentukan
kebutuhan nutrisi ternak ruminansia, yang akan dipenuhi oleh bahan-bahan
pakan yang sesuai/bahan-bahan pakan yang mudah diperoleh di lapangan.
Konsumsi Pakan
Ternak
ruminansia yang normal (tidak dalam keadaan sakit/sedang berproduksi),
mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang terbatas sesuai dengan kebutuhannya
untuk mencukupi hidup pokok. Kemudian sejalan dengan pertumbuhan,
perkembangan kondisi serta tingkat produksi yang dihasilkannya, konsumsi
pakannya pun akan meningkat pula. Tinggi rendah konsumsi pakan pada
ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal (lingkungan)
dan faktor internal (kondisi ternak itu sendiri).
a) Temperatur Lingkungan
Ternak
ruminansia dalam kehidupannya menghendaki temperatur lingkungan yang
sesuai dengan kehidupannya, baik dalam keadaan sedang berproduksi maupun
tidak. Kondisi lingkungan tersebut sangat bervariasi dan erat kaitannya
dengan kondisi ternak yang bersangkutan yang meliputi jenis ternak,
umur, tingkat kegemukan, bobot badan, keadaan penutup tubuh (kulit,
bulu), tingkat produksi dan tingkat kehilangan panas tubuhnya akibat
pengaruh lingkungan.
Apabila
terjadi perubahan kondisi lingkungan hidupnya, maka akan terjadi pula
perubahan konsumsi pakannya. Konsumsi pakan ternak biasanya menurun
sejalan dengan kenaikan temperatur lingkungan. Makin tinggi temperatur
lingkungan hidupnya, maka tubuh ternak akan terjadi kelebihan
panas,
sehingga kebutuhan terhadap pakan akan turun. Sebaliknya, pada
temperatur lingkungan yang lebih rendah, ternak akan membutuhkan pakan
karena ternak membutuhkan tambahan panas. Pengaturan panas tubuh dan
pembuangannya pada keadaan kelebihan panas dilakukan ternak dengan cara radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi.
b) Palatabilitas
Palatabilitas merupakan sifat performansi bahan-bahan pakan sebagai akibat
dari
keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang
dicerminkan oleh organoleptiknya seperti kenampakan, bau, rasa (hambar,
asin, manis, pahit), tekstur dan temperaturnya. Hal inilah yang
menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsinya.
Ternak
ruminansia lebih menyukai pakan rasa manis dan hambar daripada
asin/pahit. Mereka juga lebih menyukai rumput segar bertekstur baik dan
mengandung unsur nitrogen (N) dan fosfor (P) lebih tinggi.
c) Selera
Selera
sangat bersifat internal, tetapi erat kaitannya dengan keadaan “lapar”.
Pada ternak ruminansia, selera merangsang pusat saraf (hyphotalamus)
yang menstimulasi keadaan lapar. Ternak akan berusaha mengatasi kondisi
ini dengan cara mengkonsumsi pakan. Dalam hal ini, kadang-kadang terjadi
kelebihan konsumsi (overat) yang membahayakan ternak itu sendiri.
d) Status fisiologi
Status fisiologi ternak ruminansia seperti umur, jenis kelamin, kondisi tubuh
(misalnya bunting atau dalam keadaan sakit) sangat mempengaruhi konsumsi pakannya.
e) Konsentrasi Nutrisi
Konsentrasi
nutrisi yang sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan adalah
konsentrasi energi yang terkandung di dalam pakan. Konsentrasi energi
pakan ini berbanding terbalik dengan tingkat konsumsinya. Makin tinggi
konsentrasi energi di dalam pakan, maka jumlah konsumsinya akan menurun.
Sebaliknya, konsumsi pakan akan meningkat jika konsentrasi energi yang
dikandung pakan rendah.
f) Bentuk Pakan
Ternak ruminansia
lebih menyukai pakan bentuk butiran (hijauan yang dibuat pellet atau
dipotong) daripada hijauan yang diberikan seutuhnya. Hal ini berkaitan
erat dengan ukuran partikel yang lebih mudah dikonsumsi dan dicerna.
Oleh karena itu, rumput yang diberikan sebaiknya dipotong-potong
menjadi partikel yang lebih kecil dengan ukuran 3-5 cm.
g) Bobot Tubuh
Bobot tubuh ternak berbanding lurus dengan tingkat konsumsi pakannya.
Makin
tinggi bobot tubuh, makin tinggi pula tingkat konsumsi terhadap pakan.
Meskipun demikian, kita perlu mengetahui satuan keseragaman berat badan
ternak yang sangat bervariasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengestimasi berat badannya, kemudian dikonversikan menjadi “berat badan
metabolis” yang merupakan bobot tubuh ternak tersebut. Berat badan
ternak dapat diketahui dengan alat timbang. Dalam praktek di lapangan,
berat badan ternak dapat diukur dengan cara mengukur panjang badan dan
lingkar dadanya. Kemudian berat badan diukur dengan menggunakan formula:
Berat badan = Panjang badan (inci) x Lingkar Dada2 (inci) / 661
Berat badan metabolis (bobot tubuh) dapat dihitung dengan cara meningkatkan berat badan dengan nilai 0,75
Berat Badan Metabolis = (Berat Badan)0,75
h) Produksi
Ternak ruminansia, produksi dapat berupa pertambahan berat badan (ternak
potong),
air susu (ternak perah), tenaga (ternak kerja) atau kulit dan bulu/wol.
Makin tinggi produk yang dihasilkan, makin tinggi pula kebutuhannya
terhadap pakan. Apabila jumlah pakan yang dikonsumsi (disediakan) lebih
rendah daripada kebutuhannya, ternak akan kehilangan berat badannya
(terutama selama masa puncak produksi) di samping performansi
produksinya tidak optimal.
Kandungan Nutrisi Pakan Ternak
Setiap
bahan pakan atau pakan ternak, baik yang sengaja kita berikan kepada
ternak maupun yang diperolehnya sendiri, mengandung unsur-unsur nutrisi
yang konsentrasinya sangat bervariasi, tergantung pada jenis, macam dan
keadaan bahan pakan tersebut yang secara kompak akan mempengaruhi
tekstur dan strukturnya. Unsur nutrisi yang terkandung di dalam bahan
pakan secara umum terdiri atas air, mineral, protein, lemak, karbohidrat
dan vitamin. Setelah dikonsumsi oleh ternak, setiap unsur nutrisi
berperan sesuai dengan fungsinya terhadap tubuh ternak untuk
mempertahankan hidup dan berproduksi secara normal. Unsur-unsur nutrisi
tersebut dapat diketahui melalui proses analisis terhadap bahan pakan
yang dilakukan di laboratorium. Analisis itu dikenal dengan istilah
“analisis proksimat”.