Halaman

Minggu, 22 April 2012

Pakan Kambing

1) Hijauan Segar

Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternakdalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia) maupun yang tidak (disengut langsung oleh ternak). Hijauan segar umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan, tanaman bijibijian/jenis kacang-kacangan.


Rumput-rumputan merupakan hijauan segar yang sangat disukai ternak, mudah diperoleh karena memiliki kemampuan tumbuh tinggi, terutama di daerah tropis meskipun sering dipotong/disengut langsung oleh ternak sehingga menguntungkan para peternak/pengelola ternak. Hijauan banyak mengandung karbohidrat dalam bentuk gula sederhana, pati dan fruktosa yang sangat berperan dalam menghasilkan energi.
a. Rumput-rumputan

Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), rumput Benggala (Penicum maximum), rumput Setaria (Setaria sphacelata), rumput Brachiaria(Brachiaria decumbens), rumput Mexico (Euchlena mexicana) dan rumput lapangan yang tumbuh secara liar.

b. Kacang-kacangan

Lamtoro (Leucaena leucocephala), stylo (Sty-losantes guyanensis), centro (Centrocema pubescens), Pueraria phaseoloides, Calopogonium muconoides dan jenis kacang-kacangan lain.

c. Daun-daunan


Daun nangka, daun pisang, daun turi, daun petai cina dll.

2) Jerami dan hijauan kering

Termasuk kedalam kelompok ini adalah semua jenis jerami dan hijauan pakan ternak yang sudah dipotong dan dikeringkan. Kandungan serat kasarnya lebih dari 18% (jerami, hay dan kulit biji kacang-kacangan).

3) Silase

Silase adalah hijauan pakan ternak yang disimpan dalam bentuk segar biasanya berasal dari tanaman sebangsa padi-padian dan rumput-rumputan.

4) Konsentrat (pakan penguat)

Contoh: dedak padi, jagung giling, bungkil kelapa, garam dan mineral.


MANFAAT PAKAN

1) Sumber energi


Termasuk dalam golongan ini adalah semua bahan pakan ternak yang kandungan protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat kasar di bawah 18%. Berdasarkan jenisnya, bahan pakan sumber energi dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu:

a. Kelompok serealia/biji-bijian (jagung, gandum, sorgum)

b. Kelompok hasil sampingan serealia (limbah penggilingan)

c. Kelompok umbi (ketela rambat, ketela pohon dan hasil sampingannya)

d. Kelompok hijauan yang terdiri dari beberapa macam rumput (rumput

gajah, rumput benggala dan rumput setaria).

2) Sumber protein

Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang mempunyai kandungan protein minimal 20% (berasal dari hewan/tanaman).

Golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok:

a. Kelompok hijauan sebagai sisa hasil pertanian yang terdiri atas jenis daun-daunan sebagai hasil sampingan (daun nangka, daun pisang, daun ketela rambat, ganggang dan bungkil)

b. Kelompok hijauan yang sengaja ditanam, misalnya lamtoro, turi, kaliandra, gamal dan sentero

c. Kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung tulang

dan sebagainya).

3) Sumber vitamin dan mineral

Hampir semua bahan pakan ternak, baik yang berasal dari tanaman maupun

hewan, mengandung beberapa vitamin dan mineral dengan konsentrasi sangat bervariasi tergantung pada tingkat pemanenan, umur, pengolahan, penyimpanan, jenis dan bagian-bagiannya (biji, daun dan batang). Disamping itu beberapa perlakuan seperti pemanasan, oksidasi dan penyimpanan terhadap bahan pakan akan mempengaruhi konsentrasi kandungan vitamin dan mineralnya. Saat ini bahan-bahan pakan sebagai sumber vitamin dan mineral sudah tersedia di pasaran bebas yang dikemas khusus dalam rupa bahan olahan yang siap digunakan sebagai campuran pakan, misalnya premix, kapur, Ca2PO4 dan beberapa mineral.


PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN/PENGOLAHAN


Kebutuhan Pakan

Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap

nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat bergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembaban nisbi udara) serta bobot badannya. Maka, setiap ekor ternak yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda pula.

Rekomendasi yang diberikan oleh Badan Penelitian Internasional (National Research Council) mengenai standardisasi kebutuhan ternak terhadap pakan dinyatakan dengan angka-angka kebutuhan nutrisi ternak ruminansia. Rekomendasi tersebut dapat digunakan sebagai patokan untuk menentukan kebutuhan nutrisi ternak ruminansia, yang akan dipenuhi oleh bahan-bahan pakan yang sesuai/bahan-bahan pakan yang mudah diperoleh di lapangan.


Konsumsi Pakan

Ternak ruminansia yang normal (tidak dalam keadaan sakit/sedang berproduksi), mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang terbatas sesuai dengan kebutuhannya untuk mencukupi hidup pokok. Kemudian sejalan dengan pertumbuhan, perkembangan kondisi serta tingkat produksi yang dihasilkannya, konsumsi pakannya pun akan meningkat pula. Tinggi rendah konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (kondisi ternak itu sendiri).

a) Temperatur Lingkungan

Ternak ruminansia dalam kehidupannya menghendaki temperatur lingkungan yang sesuai dengan kehidupannya, baik dalam keadaan sedang berproduksi maupun tidak. Kondisi lingkungan tersebut sangat bervariasi dan erat kaitannya dengan kondisi ternak yang bersangkutan yang meliputi jenis ternak, umur, tingkat kegemukan, bobot badan, keadaan penutup tubuh (kulit, bulu), tingkat produksi dan tingkat kehilangan panas tubuhnya akibat
pengaruh lingkungan.


Apabila terjadi perubahan kondisi lingkungan hidupnya, maka akan terjadi pula perubahan konsumsi pakannya. Konsumsi pakan ternak biasanya menurun sejalan dengan kenaikan temperatur lingkungan. Makin tinggi temperatur lingkungan hidupnya, maka tubuh ternak akan terjadi kelebihan
panas, sehingga kebutuhan terhadap pakan akan turun. Sebaliknya, pada temperatur lingkungan yang lebih rendah, ternak akan membutuhkan pakan
karena ternak membutuhkan tambahan panas. Pengaturan panas tubuh dan
pembuangannya pada keadaan kelebihan panas dilakukan ternak dengan cara radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi.

b) Palatabilitas

Palatabilitas merupakan sifat performansi bahan-bahan pakan sebagai akibat

dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang dicerminkan oleh organoleptiknya seperti kenampakan, bau, rasa (hambar, asin, manis, pahit), tekstur dan temperaturnya. Hal inilah yang menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsinya.

Ternak ruminansia lebih menyukai pakan rasa manis dan hambar daripada asin/pahit. Mereka juga lebih menyukai rumput segar bertekstur baik dan mengandung unsur nitrogen (N) dan fosfor (P) lebih tinggi.

c) Selera

Selera sangat bersifat internal, tetapi erat kaitannya dengan keadaan “lapar”. Pada ternak ruminansia, selera merangsang pusat saraf (hyphotalamus) yang menstimulasi keadaan lapar. Ternak akan berusaha mengatasi kondisi ini dengan cara mengkonsumsi pakan. Dalam hal ini, kadang-kadang terjadi kelebihan konsumsi (overat) yang membahayakan ternak itu sendiri.

d) Status fisiologi

Status fisiologi ternak ruminansia seperti umur, jenis kelamin, kondisi tubuh

(misalnya bunting atau dalam keadaan sakit) sangat mempengaruhi konsumsi pakannya.

e) Konsentrasi Nutrisi

Konsentrasi nutrisi yang sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan adalah konsentrasi energi yang terkandung di dalam pakan. Konsentrasi energi pakan ini berbanding terbalik dengan tingkat konsumsinya. Makin tinggi konsentrasi energi di dalam pakan, maka jumlah konsumsinya akan menurun. Sebaliknya, konsumsi pakan akan meningkat jika konsentrasi energi yang dikandung pakan rendah.

f) Bentuk Pakan

Ternak ruminansia lebih menyukai pakan bentuk butiran (hijauan yang dibuat pellet atau dipotong) daripada hijauan yang diberikan seutuhnya. Hal ini berkaitan erat dengan ukuran partikel yang lebih mudah dikonsumsi dan dicerna. Oleh karena itu, rumput yang diberikan sebaiknya dipotong-potong

menjadi partikel yang lebih kecil dengan ukuran 3-5 cm.

g) Bobot Tubuh

Bobot tubuh ternak berbanding lurus dengan tingkat konsumsi pakannya.

Makin tinggi bobot tubuh, makin tinggi pula tingkat konsumsi terhadap pakan. Meskipun demikian, kita perlu mengetahui satuan keseragaman berat badan ternak yang sangat bervariasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengestimasi berat badannya, kemudian dikonversikan menjadi “berat badan metabolis” yang merupakan bobot tubuh ternak tersebut. Berat badan ternak dapat diketahui dengan alat timbang. Dalam praktek di lapangan, berat badan ternak dapat diukur dengan cara mengukur panjang badan dan lingkar dadanya. Kemudian berat badan diukur dengan menggunakan formula: Berat badan = Panjang badan (inci) x Lingkar Dada2 (inci) / 661

Berat badan metabolis (bobot tubuh) dapat dihitung dengan cara meningkatkan berat badan dengan nilai 0,75

Berat Badan Metabolis = (Berat Badan)0,75

h) Produksi

Ternak ruminansia, produksi dapat berupa pertambahan berat badan (ternak

potong), air susu (ternak perah), tenaga (ternak kerja) atau kulit dan bulu/wol. Makin tinggi produk yang dihasilkan, makin tinggi pula kebutuhannya terhadap pakan. Apabila jumlah pakan yang dikonsumsi (disediakan) lebih rendah daripada kebutuhannya, ternak akan kehilangan berat badannya (terutama selama masa puncak produksi) di samping performansi produksinya tidak optimal.


Kandungan Nutrisi Pakan Ternak
Setiap bahan pakan atau pakan ternak, baik yang sengaja kita berikan kepada ternak maupun yang diperolehnya sendiri, mengandung unsur-unsur nutrisi yang konsentrasinya sangat bervariasi, tergantung pada jenis, macam dan keadaan bahan pakan tersebut yang secara kompak akan mempengaruhi tekstur dan strukturnya. Unsur nutrisi yang terkandung di dalam bahan pakan secara umum terdiri atas air, mineral, protein, lemak, karbohidrat dan vitamin. Setelah dikonsumsi oleh ternak, setiap unsur nutrisi berperan sesuai dengan fungsinya terhadap tubuh ternak untuk mempertahankan hidup dan berproduksi secara normal. Unsur-unsur nutrisi tersebut dapat diketahui melalui proses analisis terhadap bahan pakan yang dilakukan di laboratorium. Analisis itu dikenal dengan istilah “analisis proksimat”.

Teknik penanganan pada kambing yang keracunan / sakit parah dengan terapi cubit

 Artikel ini kami tulis berdasarkan pengalaman ketika kambing kami mengalami keracunan yang sudah sangat parah kondisinya. Kambing indukan kami yang bernama zena sudah tidak mau makan dan minum selama 3 hari, pupil mata sudah mengecil dan pandangan tidak fokus, nafas dan denyut jantung tidak teratur dan pada keadaan bunting. Sehingga butuh beberapa pertimbangan apabila kambing disuntik karena dalam keadaan bunting.
(Zena, salah satu indukan Lembah Gogoniti Farm yang keadaanya sudah mulai membaik)
Apabila salah dalam penanganan pada kasus seperti ini akibatnya cukup fatal yaitu kematian.  Pengalaman sebelumnya apabila kambing sudah dalam keaadaan ini, kami tidak ambil resiko dan segera dijual untuk disembelih sebelum kambing mati .

Menurut sebagian peternak ada yang menggunakan teknik pengirisan telinga apabila kambingnya sedang keracunan atau sakit parah, namun apabila kambing Peranakan Etawa diiris telinganya walaupun kemungkinan kambing dapat sembuh tentunya akan mengurangi keindahan seni dan harga jual dari kambing peranakan etawa yang salah satunya dinilai dari panjang / pendek, dan bentuk telinganya. Tujuan dari teknik pengirisan telinga pada penanganan kambing keracunan yaitu agar kambing  tetap dalam keadaan sadar karena menahan sakit, dan ada rentang waktu agar obat bekerja untuk menetralkan racun.
Dari pertimbangan tersebut kami mencoba teknik lain yang hampir mirip dengan metode diatas dengan mencubit telinga kambing sehingga kami sebut  terapi cubit. Namun sebelum diberi terapi ini, kambing harus diberikan cairan pengganti pakan  yang berprotein tinggi  setiap harinya dan penetral racun alami(kami menggunakan air kelapa).
Bahan-bahan yang kami gunakan yaitu:
1. Dua kuning telor bebek
2. Tetes tebu
3. Air hangat
Ketiga bahan tersebut dicampur sampai merata dan diminumkan . Selanjutnya selang 2 jam kemudian berikan minum dengan air kelapa, Setelah itu baru dilakukan teknik terapi cubit .

Cara teknik terapi cubit sangat sederhana yaitu dengan mencubit bagian telinga kambing secara bergantian. Ternyata setelah kami coba teknik ini cukup efektif untuk mempertahankan kambing terus dalam keadaan sadar bahkan keunggulan teknik ini, kambing pun yang sempat tidak makan menjadi mau makan ketika dicubit telinganya.  Ketika cubitan dilepas kambing ternyata tidak makan lagi namun setelah dicubit telinganya lagi kambing pun mulai makan lagi. Setelah diterapi cubit dan pemberian cairan pengganti pakan kambing,  zena pun mulai berangsur-angsur membaik

Getah Pepaya: Obat Cacing Tradisional pada Ternak Kambing/Domba

Prospek pengembangan usaha ternak  kambing dan domba sangat potensial karena mempunyai beberapa keunggulan diantaranya bentuk tubuhnya kecil, kebutuhan makanan yang lebih sedikit dan kandang yang relatif sederhana dibandingkan dengan ternak besar. Ini berarti investasi modal dan tenaga kerja yang diperlukan relatif tidak besar.

Namun beberapa kendala dapat mempengaruhi percepatan pengembangan, salah satunya kendala penyakit. Penyakit tidak hanya mengakibatkan kerugian ekonomi karena menurunnya produktivitas ternak bahkan kematian, namun dapat pula menimbulkan dampak negatif yang lain yaitu menurunnya minat petani peternak untuk mengembangkan usahanya.

Salah satu penyakit yang menyerang kambing/ domba bahkan dapat mengakibatkan kematian adalah penyakit parasit saluran pencernaan yang disebabkan oleh infeksi cacing nematoda antara lain Haemonchus contortus, Bunostomum sp, Oesophagostomum .sp, Trychoslrongylus sp dan Trichuris sp. Cacing nematoda yang paling banyak ditemukan terutama adalah Haemonchus contortus. Cacing Haemonchus ini paling banyak menimbulkan kerugian ekonomi karena infeksi Haemonchus contortus pada kambing atau domba dapat menyebabkan kematian, menghambat pertumbuhan, menghambat pertambahan berat badan serta menimbulkan gangguan reproduksi.
Iklim tropis di Indonesia sangat menunjang kelangsungan hidup parasit ini serta membantu terjadinya infeksi pada ternak kambing/domba. Untuk menanggulangi, mencegah dan mengobati penyakit tersebut, selain harga obatnya mahal maka perlu beberapa alternatif dengan pemberian obat-obatan tradisional antara lain getah pepaya atau perasan daun pepaya.

Haemonchus contortus merupakan cacing yang hidup didalam abomasum (perut kitab) domba, kambing dan sapi. Cacing tersebut menghisap darah induk semangnya sehingga menimbulkan beberapa efek terhadap induk semangnya antara lain: anemia (kurang darah), kadang-kadang di jumpai kebengkakan pada rahang bawah, gangguan pencernaan, penurunan berat badan dan menjadi lebih rentan terhadap infeksi penyakit lain.
Tanda tanda penyakit
- Anemia (kurang darah).
- Tubuh kurus, kulit kasar dan bulu kusam.
- Kehilangan nafsu makan.
- Diare (mencret).
- Konstipasi (sulit buang air) bila infeksinya berat.
- Di jumpai gumpalan darah di dalam abomasumnya.


PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
Untuk pengendalian dan pencegahan perlu diperhatikan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Pemberian ransum/makanan yang berkualitas dan cukup jumlahnya.
2. Menghindari kepadatan dalam kandang.
3. Memisahkan antara ternak muda dan dewasa.
4. Memperhatikan konstruksi dan sanitasi (kebersihan lingkungan)
5. Menghindari tempat -tempat yang becek.
6. Menghindari pengembalaan yang terlalu pagi.
7. Melakukan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan secara teratur.

PENYADAPAN GETAH PEPAYA DAN PENGGUNAANNYA SEBAGAI OBAT

Selain pencegahan dan pengendalian maka bagi ternak yang menderita cacingan dapat di obati dengan obat cacing. Oleh karena itu untuk mensiasati keadaan tersebut perlu diberikan obat obatan tradisional antara lain getah / daun pepaya. Getah pepaya dapat diperoleh dari hampir seluruh bagian pohon pepaya. Getah dapat diperoleh paling banyak dan paling baik mutunya dari buah pepaya yang masih muda. Getah buah pepaya mengandung papain, Kimo papain A, Kimo papain B, papaya peptidase, pektin, D-galaktase dan L-arabinose.
1. Penyadapan getah pepaya.
•    Buah pepaya muda yang masih menggantung dipohon, ditoreh membujur dengan sedalam 1-5 mm dengan jarak torehan 1 - 2 cm.
•    Waktu penyadapan pukul 06.00-08.00, diulang 4 hari sekali pada buah yang sama.
•    Pada tempat torehan, getah yang keluar ditampung dengan gelas/slat dari plastik yang diikatkan pada buah pepaya dengan selotip.
•    Setiap 100 ml getah yang tertampung ditambah dengan 2 tetes larutan Natrium Bisulfit 30 % untuk mencegah oksidasi.
•    Kemudian Dijemur dibawah sinar matahari atau dioven pada suhu 30 – 60 derajat Celcius sampai kering.
•    Getah yang sudah kering dihaluskan menjadi serbuk.
2. Penggunaan sebagai obat cacing
•    Dosis (takaran) yang diberikan adalah 1,2 gram/ kg BB, setiap minggu 3 kali pemberian.
•    Serbuk getah pepaya di campur dengan air dengan perbandingan 1 : 5 (1 bagian serbuk dan 5 bagian air) diaduk hingga berbentuk suspensi.
•    Suspensi tersebut diminumkan atau diberikan lewat mulut dengan selang langsung kerumen.

Selain getah pepaya yang diambil dari buah pepaya muda, dapat juga perasan daun pepaya dipergunakan sebagai obat cacing tradisional dengan cara sebagai
berikut:
•    Ambil 2 sampai 3 lembar daun pepaya (tidak terlalu muda/tua).
•    Haluskan daun pepaya tersebut, berikan sedikit air matang/bersih kemudian diperas dan diambil airnya.
•    Minumkan pada ternak kambing/domba sebanyak 2 sampai 3 sendok
•    makan atau disesuaikan dengan berat badan ternak, setiap minggu, 3 kali pemberian.
Sumber bacaan : Lembar Informasi Pertanian (Liptan) IP2TP Mataram
sibandot slalu klo mo makan mesti ky gtu,terkadang lucu liat y he...

Obat Tradisional untuk Penyakit Kambing

Obat Tradisional untuk Penyakit Kambing

Ternak kambing atau domba merupakan ternak yang banyak dipelihara di pedesaan. Masalah yang sering dijumpai dan dirasakan oleh peternak adalah serangan penyakit yang sangat merugikan peternak karena dapat menghambat pertumbuhan, reproduksi, bahkan kematian ternak.
 
Bagi peternak di pedesaan untuk mengobati ternak yang sakit sering mengalami kesulitan, karena keterbatasan persediaan obat ternak yang ada di toko obat ternak dan harga obat yang terlalu mahal, sehingga sulit terjangkau oleh peternak.
 
Untuk mengatasi hal tersebut, perlu pengobatan dengan cara lain yaitu dengan menggunakan obat tradisional yang ada dan dapat dilakukan peternak serta harganya murah.
Namun demikian usaha pencegahan juga perlu dilakukan dengan menjaga kebersihan ternak dan lingkungannya, pemberian pakan yang cukup (kualitas dan kuantitas), bersih dan tidak beracun. 
 
Ada beberapa  penyakit yang sering menyerang ternak kambing dan penyakit ini dapat diobati secara tradisional diantaranya adalah sebagai berikut:
 
1. Scabies (Kudis)
 
Penyebab:
 
Parasit yang terdapat pada kotoran yang terjadi karena kandang kotor dan ternak tidak pernah dimandikan.
 
Tanda- tanda:
 
  • Kerak – kerak pada permukaan kulit terutama kulit yang jarang bulunya
  • Ternak selalu menggesekan bagian kulit yang terserang kudis
  • Kerontokan bulu, kulit menjadi tebal dan kaku
 
Pengobatan :
 
  • Dengan melaksanakan pencukuran bulu sekitar daerah terserang,
  • Mandikan ternak dengan sabun sampai bersih, kemudian jemur sampai kering.
  • Setelah kering dapat diobati dengan menggunakan:
 
a. Belerang dihaluskan, dicampur kunyit dan minyak kelapa, kemudian dipanaskan dan digosokkan          pada kulit yang sakit
b. Belerang dihaluskan dan dicampur dengan oli bekas dan digosok pada bagian kulit yang sakit.
c.  Kamper / kapur barus digerus, dicampur minyak kelapa dan dioleskan pada bagian kulit yang sakit.
 
Pencegahan:
 
  • Ternak yang berpenyakit kudis tidak boleh bercampur dengan ternak yang sehat.
  • Ternak yang baru dibeli harus bebas dari penyakit kudis
  • Mandikan ternak dua minggu sekali.
  • Bersihkan kandang seminggu sekali.
 
2. Belatungan ( Myasis )
 
Penyebab:
 
Luka daerah yang berdarah diinfeksi oleh lalat sehingga lalat berkembangbiak (bertelur) dan menghasilkan larva belatung.
 
Tanda-tanda:
 
  •  Adanya belatung yang bergerak-gerak pada bagian yang luka
  •  Bila belatungan pada kaki/teracak maka ternak terlihat pincang.
 
Pengobatan:
 
  •  Bersihkan luka dari belatung, kemudian obati dengan gerusan kapur barus atau tembakau.
  •  Luka dibungkus dengan kain/perban untuk melindungi dari terjadinya luka baru atau kotoran.
  •  Pada hari berikutnya luka dibersihkan, pengobatan diulang dan dibungkus kembali.
  •  Bila belatung sudah terbasmi, pemberian yodium tinctur dapat dipakai untuk    mempercepat   pertumbuhan
 
3. Cacingan
 
Penyebab:
 
Bermacam-macam cacing terjadi karena kandang yang kotor atau padang pengembalaan yang kotor.
 
Tanda-tanda:
- Kurus, bulu agak berdiri dan tidak mengkilap
- Sembelit atau mencret
- Lesu dan pucat
- Daerah rahang terlihat membengkak
- Mati mendadak
 
Pengobatan:
 
  •  Tepung buah pinang dicampur dengan nasi hangat dikepal-kepal kemudian dipaksakan untuk  dimakan ternak. Ternak dianjurkan untuk dipuasakan terlebih dahulu.
  •  Daun kelor yang tua dibakar, kemudian debunya dicampur air dan diminumkan. Pengobatan diulangi  satu minggu kemudian.
 
Pencegahan:
 
  •  Kandang dibuat panggung dan bersih
  •  Pengaritan rumput setelah panas yaitu pada jam 12.00-15.00 atau pengembalaan ternak pada siang  hari jam 10.00-15.00.
  •  Jangan menggembalakan ternak pada daerah rawa, sungai dan sawah.
 
4. Keracunan Tanaman
 
Penyebab:
 
Ternak memakan rumput-rumputan atau daun-daunan yang mengandung zat racun.
 
Tanda-tanda:
 
  • Mati mendadak, mulut berbusa, kebiruan pada selaput lendir, pengelupasan kulit/eksim atau terjadi pendarahan.
 
Pengobatan:
 
  •  Cekoklah ternak dengan air kelapa muda.
 
Pencegahan:
 
  • Tidak memberikan tanaman beracun atau menggembalakan ternak di daerah yang banyak tumbuh tanaman yang mengandung racun.

Budidaya Kambing Etawa

Budidaya Kambing Etawa

Umumnya analisa kambing etawa yang dibuat oleh referensi yang ada sifatnya sangat ideal. Hal ini terkadang membuat para pemula ragu apakah perhitungan tersebut realistis? dapatkah peternakan saya nanti mendapatkan keuntungan seperti dalam analisa? bagaimana seandainya analisa tersebut salah?. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini sangat mungkin dan hampir pasti muncul dalam membaca suatu analisa bisnis kambing etawa.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan analisa perhitungan beternak kambing etawa itu menjadi kurang valid adalah:

  1.  Letak kandang terhadap sumber pakan hijauan. Letak kandang kambing etawa yang jauh dari sumber pakan tentu membutuhkan biaya yang lebih daripada yang kandang yang dekat dengan sumber pakan.
  2. Biaya hidup di daerah tempat kandang. Biaya untuk membuat infrastruktur kandang tentunya berbeda untuk tiap daerah. Biaya meliputi harga bangunan dan upah tukang. Demikian juga upah pegawai anak kandang sudah pasti berbeda.
  3. Daya serap pasar akan produk ternak kambing etawa setiap daerah berbeda. Sebagai contoh harga susu kambing setiap daerah bervariasi. Bahkan di daerah tertentu belum tentu kita dapat menjual susu kambing.
  4. Tujuan beternak berbeda dengan tujuan yang dianalisa dalam referensi. Beternak kambing etawa untuk kontes tentu akan berbeda dengan beternak kambing etawa untuk susu dan pedaging.
  5. Harga kambing etawa dalam realita berbeda dengan harga dalam analisa referensi. Pada umumnya harga kambing etawa dalam analisa lebih murah dibandingkan dengan harga yang sekarang. Dapat juga perbedaan harga ini disebabkan perbedaan harga tiap daerah.
Pakan kambing Etawa Sengon :

Diperlukan kebijakan dalam menyikapi suatu analisa usaha beternak kambing etawa. Jangan sampai analisa-analisa tersebut membuat para pemula menjadi enggan untuk beternak atau bahkan terlalu berharap (over expectation). Terlalu berharap untuk mendapatkan keuntungan dari analisa-analisa yang ada akan mengakibatkan suatu usaha ternak dapat langsung tutup ketika menemui suatu kendala.

Beberapa langkah bijak yang dapat dilakukan:
  1. Menjadikan analisa-analisa yang ada sebagai gambaran kasar dari keuntungan yang mungkin didapat. Semua usaha pasti menguntungkan asal dilakukan dengan fokus dan konsisten. Tidak mesti keuntungan yang anda dapat lebih rendah daripada analisa tersebut.
  2. Memperhatikan letak kandang terhadap sumber pakan hijauan. Salah satu kunci sukses beternak kambing etawa adalah menekan biaya pakan. Perlu diperhatikan juga keseterdiaan pakan konsentrat seperti ampas tahu atau bungkil jagung (tumpi).
  3. Mengetahui daya serap pasar terhadap produk ternak kambing etawa. Dengan mengetahui daya serap pasar akan menentukan tujuan beternak kambing etawa. Apakah untuk pedaging, susu atau kontes.
  4. Membangun infrastruktur sesuai dengan jumlah kambing etawa yang akan dipelihara dan modal yang dimiliki. Sebagai contoh sangat bagus untuk memiliki kandang terbuat dari kayu dan beratap genteng. Namun jika belum ada modal, maka kayu dapat diganti bambu dan genteng dapat diganti asbes. Intinya adalah mendahulukan yang perlu agar peternakan dapat berjalan. Pemilihan infrastruktur juga harus mempertimbangkan perkembangan usaha. Tujuannya adalah untuk efisiensi penggunaan modal.
  5. Memilih kambing peranakan etawa atau kambing etawa yang sesuai dengan tujuan beternak dan modal yang dimiliki. Harga kambing etawa ras kaligesing di pasaran saat ini cukup mahal. Dengan membeli bibit atau induk kambing etawa ras senduro yang lebih murah dan berkualitas akan dapat mengurangi biaya pembelian kambing perah dan pedaging.
  6. Mulai dari mudah, murah dan kecil. Hal ini memberi kesempatan bagi peternak kambing etawa pemula untuk belajar aspek-aspek manajemen ternak kambing etawa. Selain itu mengurangi resiko kerugian jika ada kambing yang mati.
  7. Berpikir ke depan untuk mengembangkan dan membesarkan peternakan kambing etawa. Dengan prinsip ini diharapkan peternak tidak terburu-buru untuk mengambil semua laba tanpa memperhitungkan pembesaran kandang (seperti perluasan kandang atau penambahan kambing etawa). Hendaknya keuntungan yang didapat dapat diputar lagi untuk memperbesar aset peternakan kambing etawa.
  8. Selalu membuka diri untuk selalu belajar ilmu ternak kambing etawa. Konsultasi antar sesama peternak kambing etawa dan yang telah berhasil dapat membantu pemahaman manajemen ternak yang baik dan benar.
kandang kambing Etawa

Beternak kambing etawa adalah salah satu bisnis atau usaha yang paling mudah dan kecil resikonya. Harga kambing dari tahun ke tahun bukannya tambah murah. Meskipun sudah banyak peternak kambing namun permintaan pasar masih tinggi. Hal ini disebabkan faktor populasi penduduk, religius (akikah, kurban dan hajatan), ekspor dan inflasi.
Resiko beternak kambing etawa termasuk kecil. Hal ini disebabkan kambing etawa adalah kambing unggulan yang tahan akan penyakit. Hal ini tidak seperti sapi atau ayam yang sangat rentan terhadap penyakit.
Disamping itu pemeliharan kambing etawa cukup mudah. Kandang dapat dibuat dari bambu. Tidak membutuhkan pakan khusus selain hijauan daun dan konsentrat (jika ada). Lantai kandang kambing yang berkisi-kisi memungkinkan kotoran (srintil) langsung jatuh ke tanah. Srintil dapat dibiarkan di tanah tanpa menimbulkan bau (asal kering). Srintil ini dengan sendirinya dapat terurai dengan halus dan hasilnya dapat dijual sebagai pupuk.

Budidaya Kambing Kacang

Budidaya Kambing Kacang

Kambing kacang adalah ras unggul kambing yang pertama kali dikembangkan di Indonesia. Badan kambing ini kecil. Tinggi gumba pada yang jantan 60 sentimeter hingga 65 sentimeter, sedangkan yang betina 56 sentimeter. Bobot pada kambing jantan bisa mencapai 25 kilogram, sedang kambing betina seberat 20 kilogram. Telinganya tegak, berbulu lurus dan pendek. Baik kambing betina maupun yang jantan memiliki dua tanduk yang pendek

Kambing kacang merupakan kambing lokal Indonesia, memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi alam setempat serta memiliki daya reproduksi yang sangat tinggi. Kambing kacang jantan dan betina keduanya merupakan tipe kambing pedaging

Kendalikan Cacingan Kambing dengan Tanaman Nanas

Kendalikan Cacingan Kambing dengan Tanaman Nanas

Kendalikan Cacingan Kambing dengan Tanaman Nanas
Kambing merupakan ternak yang terintegrasi dengan sistem usahatani terutama pada petani dengan pemilikan lahan terbatas. Pada umumnya kambing masih dipelihara sebagai pekerjaan sampingan, dengan cara dilepas, dikandangkan pada malam hari atau dikandangkan sepenuhnya.
Manajemen pemeliharaan umumnya masih sangat sederhana dengan sistem pemeliharaan tradisional sehingga kambing sangat rentan terhadap serangan berbagai macam penyakit. Salah satunya, penyakit cacingan dari spesies Haemonchus contortus yang merupakan jenis cacing dari golongan Nematoda dengan angka infestasi dapat mencapai 80%.
 
Tanda-tanda kambing cacingan 
1.Kambing semakin kurus (berat badan tidak sesuai umur)
2.Bulu agak berdiri dan tidak mengkilap (kusam)
3.Sembelit atau kotoran lembek sampai mencret sehingga kandang cepat kotor
4.Lesu dan pucat serta nafsu makan berkurang
5.Daerah rahang terlihat membengkak (Bottle jaw)
6.Mati mendadak
 
Pengobatan dan Penanganan
Kambing yang menunjukkan gejala cacingan diobati dengan obat tradisional atau dengan obat pabrikan. Obat tradisional lebih murah, mudah didapat, dapat dikerjakan oleh peternak dan tidak memiliki efek samping yang membahayakan sedangkan obat pabrikan sebaliknya.
Obat cacing tradisional yang telah terbukti efektif mengurangi infestasi cacing pada kambing adalah tanaman nenas. Seluruh bagian tanaman nenas dapat digunakan untuk pengobatan cacingan.
Caranya dengan menghilangkan durinya, berikan langsung kepada kambing. 600 mg untuk 1 kg bobot badan, diulang 10 hari berikutnya. Hindari pemberian obat ini pada kambing bunting.

CARA MENGATASI KAMBING KEMBUNG

CARA MENGATASI KAMBING KEMBUNG
Kembung atau Bloat atau Tympani pada ternak terjadi karena adanya timbunan gas yang berlebihan sehingga rumen ternak menggembung. Penggembungan terjadi karena esophagus mengalam sumbatan sehingga menghambat pengeluaran gas dalam perut. Gas yang terbentuk adalah karbondioksida (C02) dan gas metana (CH4). Gas ini membentuk buih/busa yang sulit dikeluarkan. Kembung rumen merupakan penyakit ekonomis yang sering terjadi dan dapat menyebabkan kematian pada kambing dan domba .
Ada dua faktor penyebab penyakit kembung pada ternak yaitu pakan dan hewan itu sendiri. Faktor pakan pada umumnya terjadi karena cara dan pola pemberian pakan yang tidak tepat. Tanaman leguminosae sering mengakibatkan kembung juga biji-bijian yang digiling sampai halus lebih sering menimbulkan gangguan daripada yang diberikan secara utuh. Kenapa demikian? karena tanaman atau biji-bijian tersebut jika dicerna berpotensi membentuk gas, dan jika bercampur ingesta akan membentuk buih/busa di dalam rumen. Jumlah imbangan konsentrat dan hijauan yang cenderung lebih banyak konsentrat juga mengakibatkan kembung.
Faktor penyebab lainnya adalah tanaman muda atau tanaman yang dipanen sebelum berbunga atau sesudah turunnya hujan, serta tanaman yang menghasilkan getah atau bahan yang mudah menimbulkan busa dalam rumen. Faktor keturunan diduga turut berpengaruh terhadap kepekaan penyakit ini.
GEJALA PENYAKIT
1.    Perut sebelah kiri membesar dan cukup keras, bila ditepuk seperti suara kendang;
2.    Ternak gelisah dan merasa tidak nyaman;
3.    Sulit bernafas atau bernafas melalui mulut;
4.    Air liur kental dan berbusa;
5.    Hewan berhenti makan atau mengunyah;
6.    Sering kencing dan mengejan;
7.    Pada kasus berat tidak bisa berdiri dan akhirnya mati.
PENCEGAHAN
1.    Berikan pakan hijauan yang sudah dilayukan, minimal dibiarkan semalaman. Paparkan hijauan di bawah sinar matahari selama 2-3 jam;
2.    Jangan menggembalakan ternak pada pagi hari atau ketika rumput masih basah, tunggu sampai embun menguap;
3.    Amati ternak jika terjadi kembung minimal 2 jam setelah diumbar/digembalakan;
4.    Berikan hijauan dalam bentuk kasar, tidak dicacah kecil agar mikrobial mencerna pakan sehingga meininimalkan terjadinya kembung;
5.    Pemberian pakan hijauan dan konsentrat yang paling baik adalah sedikit demi sedikit tetapi sering;
6.    Beberapa ternak sering mengalami kembung yang kronis, kemungkinan faktor genetis. Untuk kasus seperti ini ternak bisa dipertimbangkan diafkir saja.
PENGOBATAN
Jika kembung tidak terlalu parah pertolongan pertama dapat dilakukan dengan obat tradisional.
1.    Berikan emulsi/campuran air hangat dengan minyak kelapa atau minyak kacang sebanyak 200-250 ml;
2.    Berikan 150-300 ml cuka hangat untuk sapi dewasa;
3.    Berikan 200 ml minyak jarak pada ternak dewasa, dan lakukan sekali saja;
4.    Berikan campuran jahe, adas, dan getah kaca piring sebanyak 300 ml. Berikan sehari sekali;
5.    Berikan perasan daun sembukan ( Paederia scandens) sebanyak 200-300 ml.
Pengobatan tersebut dapat dikombinasi dengan exercise dan menekan-nekan perut yang kembung guna mempercepat pengeluaran gas. Pengobatan dapat juga dilakukan dengan kombinasi memasukkan pelepah daun pepaya melalui anus untuk mempermudah pengeluaran gas. Selama pengobatan ternak harus dalam posisi berdiri.
Beberapa obat medisinal berikut perlu dipertimbangkan untuk diberikan, yaitu:
pulvus veratri albi 10-25 g 3 kali/hari, oleum terebinthinae 25-50 ml. Sedangkan obat paten Atympanica, Therabloat dan Polaxone dengan dosis 100mg/kg berat badan dapat diberikan pada kambing dan domba. Untuk menaikkan tegangan muka dapat diberikan sediaan silikon seperti Simethicon atau Dimethicon. Alternatif terakhir yang dapat digunakan adalah Throkard untuk mengeluarkan gas dan mengurangi tekanan pada daerah rumen yang menggembung. Untuk mencegah infeksi pada penanganan ini, berikan antibiotik pada ternak.
 

http://epetani.deptan.go.id/sites/default/files/images/daun%20sembukan%281%29.JPG
Daun Sembukan
http://epetani.deptan.go.id/sites/default/files/images/kambing%20lagi.JPG
Kambing Kembung

kambingku yg sedang hamil tua dikit lg melahirkan,mudah2an anak y sehat n induky slamat